Perdana Menteri Cina Tiba di Kamboja
Perdana Menteri Cina Wen Jiabao pada Jumat malam tiba di Kamboja untuk lawatan kenegaraan dua hari, yang mencakup penandatanganan tidak kurang dari 11 naskah perjanjian ekonomi dan perdagangan dengan pemerintah Kamboja.
Jiabao disambut Perdana Menteri Hun Sen di bandar udara antarbangsa Phnompenh pada awal kunjungan itu, yang diperkirakan kian memperkokoh hubungan di antara kedua negara tersebut.
Pernyataan keluaran Kementerian Penerangan hari Kamis menyebutkan bahwa Jiabao akan mengadakan kunjungan resmi ke Hun Sen dan Raja Kamboja Norodom Sihamoni, di samping penandatanganan seperangkat naskah perjanjian untuk memerangi kejahatan lintasbangsa dan bantuan Cina untuk membantu Kamboja membangun jaringan informasi jalur cepat.
Ia juga dijadwalkan menghadiri upacara peresmian pembangunan waduk baru pembangkit listrik tenaga air di propinsi Kampot, Kamboja selatan, menandatangani naskah perjanjian kerjasama antara kementerian kesehatan kedua negara itu, dan mengumumkan bantuan untuk kegiatan mulai dari perangkat pemindai peti kemas bergerak hingga keamanan di pelabuhan Kamboja.
Perjanjian lain meliputi bantuan dari Cina untuk membangun taman tetumbuhan negara dan dana untuk memulihkan kelompok kuil Angkor Wat, yang terkenal di dunia.
"Melalui penandatanganan itu, kami akan menjamin kelangsungan kepentingan Kamboja dan Cina," kata Hun Sen kepada wartawan pada Jumat pagi sebelum tamunya dari Cina tersebut tiba.
Ia menyatakan negerinya akan mendapat keuntungan dari lawatan Jiabao tersebut.
"Yang tercatat penting ialah keuntungan, yang akan diterima Kamboja dari kunjungan perdana menteri Cina itu," kata Hun Sen.
Ia menyatakan bahwa ke-11 perjanjian itu mencakup hibah, pinjaman lunak, bantuan 30 truk, dan bantuan teknik.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Kofi Annan ahir Maret menyatakan cemas atas pernyataan Hun Sen, yang mengecam kerja utusan hak asasi manusia badan dunia itu di negaranya.
"Sekretaris jenderal cemas dengan pernyataan yang dikeluarkan Perdana Menteri Kamboja baru-baru ini menyangkut kerja Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia di Komboja dan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia di negara itu," kata kantor Annan dalam pernyataannya.
Hun Sen menyatakan utusan itu sebagai "dewa tanpa kebajikan" dan "wisatawan jangka panjang" dan mengecam Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bungkam selama pembantaian oleh Khmer Merah tahun 1970-an.
"Berbicara tentang hak asasi manusia, bukankah hak untuk hidup yang dianggap hak penting? Pada saat Khmer Merah membunuh orang, kenapa Anda bungkam?" kata pemimpin Kamboja itu.
Tanggapan itu, yang disampaikannya dalam pertemuan mahasiswa dilakukan sehari setelah ia meminta utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa Yash Ghaai diganti, karena mengecam ketiadaan pembaruan pemerintah.
Yang digantikan Ghai, Peter Leuprecht, mundur dari jabatannya awal tahun lalu akibat dikecam berulangkali oleh pemerintah Phnompenh, karena laporan kritisnya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Ghai, pakar hukum terkenal dari Hongkong, yang diangkat Nopember 2005, menyatakan lawatan keduanya ke Kamboja, yang tidak menemukan hal untuk mempercepat pembaruan dan mengecam donor, yang tidak menekan pemerintah mengenai pelanggaran hak asasi manusia.
Ketua Komisi Hak Asasi Manusia Perkerikatan Bangsa-Bangsa Louise Arbour membela Ghai dan yang digantikannya, dengan menyatakan mereka diberi mandat oleh masyarakat dunia untuk memantau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar.
No comments